-=[ Klick Go To My Homepage ]=-














Majlis Bimbingan Dakwah
Majlis Bimbingan Dakwah

Pages

Monday, March 4, 2013

Dakwah Pesantren Perlu Dimodifikasi

Dakwah pesantren perlu dimodifikasi untuk menembus ruang yang lebih luas. Misalnya, media virtual, media cetak, televisi dan jejaring sosial. Para santri juga diharapkan mau berkecimpung di dunia jurnalistik agar bisa membantu membenahi keterpurukan bangsa Indonesia.

Demikian dalam seminar sehari bertajuk Peranan Media dalam Dakwah Islamiah yang digelar Panitia Haul Almaghfurlah, KH Syaerozie Abdur Rochim, Pendiri Pondok Pesantren Assalafie, Babakan Ciwaringin Cirebon, Senin (18/2).

Mengutip pernyataan Syaikh Ali Mahchfudz, Sekretaris Komisi Kerukunan Umat Beragama, Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat, Ust Amin Baejuri mengungkapkan, esensi dakwah adalah upaya membangkitkan kesadaran manusia dalam memperjuangkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

“Tujuan yang ingin dicapai dalam dakwah keridhaan Allah. Di mana obyek dakwah tak melulu umat Islam, tetapi juga seluruh manusia, bahkan seluruh alam. Dari sudut manapun dakwah itu diarahkan, intinya adalah ammar ma’ruf nahy munkar,” urai Amin.

Saat ini, kata Amin terdapat 35.000 pesantren dengan 5 juta santri di Indonesia. Jika puluhan ribu pesantren beserta jutaan santrinya itu berdaya, maka diyakini bisa mempercepat kebangkitan bangsa Indonesia.

Lebih lanjut Alumni Pesantren Assalafie, angkatan 1987 itu memaparkan, keterpurukan bangsa ini diantaranya karena diabaikannya perbaikan mental dalam agenda reformasi. “Reformasi yang hanya berkutat pada perbaikan sistem politik dan pembangunan infrastruktur fisik, dengan melupakan reformasi mental, membuat bangsa ini kehilangan kendali dari arus bidaya global dan melupakan jatidirinya selaku bangsa Indonesia. Maka tak heran jika sebagian besar anak bangsa ini terjerat pada gaya hidup hedonis, indibidualis dan materialistis,” tandasnya.

Hal itu menurut Amin adalah tugas bersama seluruh elemen bangsa termasuk kalangan pesantren, untuk membenahinya. “Masalah yang dihadapi umat Islam saat ini adalah lemahnya kualitas sumberdaya manusia. Hal itu tercermin dari lima kemiskinan. Yakni miskin intelektual, sosial, moral, ekonomi, dan metodologi,” ujarnya.

Lemahnya intelektual membuat umat islam Indonesia sulit mengembangkan teknologi scientific. Sementara miskin sosial membuat umat Islam terisolasi dan terasing juga terjebak inferioritas. Sementara miskin moral membuat bangsa ini hipokrit, hedonis pragmatis, materialistis bahkan juga terjebak pada penyakit mistis. “Hal itu diperparah dengan lemahnya kemampuan untuk bersaing dalam pengembangan potensi ekonomi dan lemahnya metodologi, sehingga selalu salah kaprah dalam menghadapi berbagai masalah,” paparnya.

Reporter Duta Masyarakat  Abdul Malik Mughni, dan Reporter Majalah Gatra Faiz Ade Faizal mengungkapkan perlunya kalangan pesantren berkeceimpung di wilayah jurnalistik dan bergerak melawan dominasi. Para santri sebenarnya telah belajar jurnalistik sejak mengaji sorogan.Tradisi santri salah satunya adalah tradisi tulis menulis.By Indra Andarun

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...