-=[ Klick Go To My Homepage ]=-














Majlis Bimbingan Dakwah
Majlis Bimbingan Dakwah

Pages

Saturday, December 7, 2013

gagal

Monday, November 18, 2013

Duhai Calon Istriku :*

 By Indra Andarun

Assalammu’alaikum Wr… Wb…

Apa kabar calon istriku? Hope u well and do take care…
Allah selalu bersama kita

Ukhtiku…
Masihkah menungguku…?

Hm… menunggu, menanti atau whatever-lah yang sejenis dengan itu kata orang membosankan. Benarkah?!
Menunggu…
Hanya sedikit orang yang menganggapnya sebagai hal yang ‘istimewa’
Dan bagiku, menunggu adalah hal istimewa
Karena banyak manfaat yang bisa dikerjakan dan yang diperoleh dari menunggu
Membaca, menulis, diskusi ringan, atau hal lain yang bermanfaat

Menunggu bisa juga dimanfaatkan untuk mengagungkan-Nya,
melihat fenomena kehidupan di sekitar tempat menunggu,
atau sekadar merenungi kembali hal yang telah terlewati
Eits, bukan berarti melamun sampai angong alias ngayal dengan pikiran kosong
Karena itu justru berbahaya, bisa mengundang makhluk dari ‘dunia lain’ masuk ke jiwa

Banyak hal lain yang bisa kau lakukan saat menunggu
Percayalah bahwa tak selamanya sendiri itu perih
Ngejomblo itu nikmat. ^o^

Bahwa di masa penantian, kita sebenarnya bisa lebih produktif
Mumpung waktu kita masih banyak luang
Belum tersita dengan kehidupan rumah tangga
Jadi waktu kita untuk mencerahkan ummat lebih banyak
Karena permasalahan ummat saat ini pun makin banyak

Karenanya wahai bidadari dunia…
Maklumilah bila sampai saat ini aku belum datang
Bukan ku tak ingin, bukan ku tak mau, bukan ku menunda
Tapi persoalan yang mendera bangsa ini kian banyak dan kian rumit
Begitu banyak anak tak berdosa yang harus menderita karena busung lapar, kurang gizi, lumpuh layuh hingga muntaber
Belum lagi satu per satu kasus korupsi tingkat tinggi yang membuktikan bahwa negeri ini ’sarang tikus’
Ditambah lagi bencana demi bencana yang melanda negeri ini
Meski saat ini hidup untuk diri sendiri pun rasanya masih sulit
Namun seperti seorang ustadz pernah mengatakan bahwa hidup untuk orang lain adalah sebuah kemuliaan Memberi di saat kita sedang sangat kesusahan adalah pemberian terbaik
Bahwa kita belumlah hidup jika kita hanya hidup untuk diri sendiri

Ukhtiku…
Di mana pun engkau sekarang, janganlah gundah, janganlah gelisah
Telah kulihat wajahmu dan aku mengerti,
betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku di dalam hari-harimu
Percayalah padaku aku pun rindu akan hadirmu
Aku akan datang, tapi mungkin tidak sekarang
Karena jalan ini masih panjang
Banyak hal yang menghadang
Hatiku pun melagu dalam nada angan
Seolah sedetik tiada tersisakan
Resah hati tak mampu kuhindarkan
Tentang sekelebat bayang, tentang sepenggal masa depan
Karang asaku tiada ‘kan terkikis dari panjang jalan perjuangan, hanya karena sebuah kegelisahan
Lebih baik mempersiapkan diri sebelum mengambil keputusan
Keputusan besar untuk datang kepadamu

Ukhtiku…
Jangan menangis, jangan bersedih, hapus keraguan di dalam hatimu
Percayalah pada-Nya, Yang Maha Pemberi Cinta,
bahwa ini hanya likuan hidup yang pasti berakhir
Yakinlah…saat itu pasti ‘kan tiba
Tak usah kau risau karena makin memudarnya kecantikanmu
Karena kecantikan hati dan iman yang dicari
Tak usah kau resah karena makin hilangnya aura keindahan luarmu
Karena aura keimananlah yang utama
Itulah auramu yang memancarkan cahaya syurga,
merasuk dan menembus relung jiwa

Wahai perhiasan terindah…
Hidupmu jangan kau pertaruhkan, hanya karena kau lelah menunggu. Apalagi hanya demi sebuah pernikahan. Karena pernikahan tak dibangun dalam sesaat, tapi ia bisa hancur dalam sedetik. Seperti Kota Iraq yang dibangun berpuluh tahun, tapi bisa hancur dalam waktu sekian hari.

Jangan pernah merasa, hidup ini tak adil
Kita tak akan pernah bisa mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup
Pasrahkan inginmu sedalam qalbu, pada tahajjud malammu
Bariskan harapmu sepenuh rindumu, pada istikharah di shalat malammu
Pulanglah pada-Nya, ke dalam pelukan-Nya
Jika memang kau tak sempat bertemu diriku,
sungguh…itu karena dirimu begitu mulia, begitu suci
Dan kau terpilih menjadi Ainul Mardhiyah di jannah-Nya

Ukhtiku…
Skenario Allah adalah skenario terbaik
Dan itu pula yang telah Ia skenariokan untuk kita
Karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk lebih matang,
merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya
Untuk membangun kembali peradaban ideal seperti cita kita

Ukhtiku…
Ku tahu kau merinduiku, bersabarlah saat indah ‘kan menjelang jua
Saat kita akan disatukan dalam ikatan indah pernikahan
Apa kabarkah kau disana?
Lelahkah kau menungguku berkelana?
Lelahkah menungguku kau disana?
Bisa bertahankah kau disana?
Tetap bertahanlah kau disana…
Aku akan segera datang, sambutlah dengan senyum manismu
Bila waktu itu telah tiba,
kenakanlah mahkota itu,
kenakanlah gaun indah itu…
Masih banyak yang harus kucari, ‘tuk bahagiakan hidup kita nanti…

Ukhtiku…
Malam ini terasa panjang dengan air mata yang mengalir
Hatiku terasa kelu dengan derita yang mendera,
kutahan derita malam ini sambil menghitung bintang
Cinta membuat hati terasa terpotong-potong
Jika di sana ada bintang yang menghilang,
mataku berpendar mencari bintang yang datang
Kalau memang kau pilihkan aku, tunggu sampai aku datang…

Ku awali hariku dengan tasbih, tahmid dan shalawat
Dan mendo’akanmu agar kau selalu sehat, bahagia,
dan mendapat yang terbaik dari-Nya
Aku tak pernah berharap, kau ‘kan merindukan keberadaanku yang menyedihkan ini
Hanya dengan rasa rinduku padamu, kupertahankan hidup
Maka hanya dengan mengikuti jejak-jejak hatimu, ada arti kutelusuri hidup ini
Mungkin kau tak pernah sadar betapa mudahnya kau ‘tuk dikagumi
Akulah orang yang ‘kan selalu mengagumi, mengawasi, menjaga dan mencintaimu

Ukhtiku…
Saat ini ku hanya bisa mengagumimu,
hanya bisa merindukanmu
Dan tetaplah berharap, terus berharap
Berharap aku ‘kan segera datang
Jangan pernah berhenti berharap,
Karena harapan-harapanlah yang membuat kita tetap hidup

Bila kau jadi istriku kelak,
jangan pernah berhenti memilikiku
dan mencintaiku hingga ujung waktu
Tunjukkan padaku kau ‘kan selalu mencintaiku
Hanya engkau yang aku harap
Telah lama kuharap hadirmu di sini
Meski sulit, harus kudapatkan
Jika tidak kudapat di dunia…
‘kan kukejar sang Ainul Mardhiyah yang menanti di surga

Ku akui cintaku tak hanya hinggap di satu tempat,
aku takut mungkin diriku terlalu liar bagimu
Namun sejujurnya, semua itu hanyalah persinggahan egoku,
pelarian perasaanku
dan sikapmu telah meluluhkan jiwaku
Waktu pun terus berlalu dan aku kian mengerti…
Apa yang akan ku hadapi
Dan apa yang harus kucari dalam hidup

Kurangkai sebuah tulisan sederhana ini,
untuk dirimu yang selalu bijaksana
Aku goreskan syair sederhana ini,
untuk dirimu yang selalu mempesona
Memahamiku dan mencintaiku apa adanya
Semoga Allah kekalkan nikmat ini bagiku dan bagimu
Semoga…

Kau terindah di antara bunga yang pernah aku miliki dahulu
Kau teranggun di antara dewi yang pernah aku temui dahulu
Kau berikan tanda penuh arti yang tak bisa aku mengerti
Kau bentangkan jalan penuh duri yang tak bisa aku lewati
Begitu indah kau tercipta bagi Adam
Begitu anggun kau terlahir sebagai Hawa
Kau terindah yang pernah kukagumi meski tak bisa aku miliki
Kau teranggun yang pernah kutemui meski tak bisa aku miliki

Monday, July 8, 2013

Kisah Mengharukan Bapak Tua Penjual Amplop

Kisah Mengharukan
Bapak Tua Penjual Amplop Itu...


Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.

Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.

Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.

Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.

Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di fesbuk yang bunyinya begini: “bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap….”.

Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.

Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.

Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua.

Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.

Thursday, June 20, 2013

Keluarga besar MBD 2012-2013

Monday, April 8, 2013

Ketika Cinta Ber-Tajwid



 Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan saktah. hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar.

Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham billagunnah, terlihat tapi dianggap tak ada.

Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang.

Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta.

Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba - tiba semua itu seperti Idgham mutamaatsilain, melebur jadi satu.

Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil, paling panjang di antara yang lainnya.

Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah kubro, terpantul- pantul dengan keras.

Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu.

Sayangku padamu seperti mad thobi’i dalam Quran. Buanyaaakkk beneerrrrr :D

Semoga dalam hubungan kita ini kayak idgham bilagunnah, cuma berdua, lam dan ro’.

Layaknya waqaf mu’annaqah, engkau hanya boleh berhenti di salah satunya. DIA atau aku?

Meski perhatianku tak terlihat seperti alif lam syamsiah, cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca jelas.

Kau dan aku seperti Idghom Mutaqorribain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya.

Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim, berhenti sempurna di akhir hayat.

Sama halnya dengan Mad ‘aridh dimana tiap mad bertemu lin sukun aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku ketika melihatmu.

Layaknya huruf Tafkhim, namamu pun bercetak tebal di pikiranku.

Seperti Hukum Imalah yang dikhususkan untuk Ro’ saja, begitu juga aku yang hanya untukmu.

Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti mad aridlisukun :D

*http://www.pkspiyungan.org/2013/04/ketika-cinta-ber-tajwid-by-khodroou.html

Monday, March 25, 2013

Tersesat di Syurga

By Indra Andarun.Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya.
Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.
“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”
“Apa yang sudah anda lakukan?”
“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”
“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam…lalu berkata,
“Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”

“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”
“Saya sendiri…hmmm….”
“Jadi kamu mau masuk syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”
“Jelas dong tuan…”
“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang sufi.
“Mana mungkin  di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.
“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
“Toloong diperjelas…”

“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
“Lho kenapa?”
“Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”

Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas.
Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.
“Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk syurga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia?”
“Saya harus bagaimana tuan…”

“Mulailah menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…”
Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.
“Begini saja, anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, mana mungkin neraka bersama Allah?”
Pemuda itu tetap saja bengong. Mulutnya melongo seperti kerbau.

Seorang Miskin Membangun Mesjid Paling Unik di Dunia

By Indra Andarun.Mungkin kita tak percaya jika tidak melihat faktanya. Seorang yang tidak kaya, bahkan tergolong miskin, namun mampu membangun sebuah Masjid di Turki. Nama masjidnya pun paling aneh di dunia, yaitu “*Shanke Yadem*” (Anggap Saja Sudah Makan). Sangat aneh bukan? Dibalik Masjid yang namanya paling aneh tersebut ada cerita yang sangat menarik dan mengandung pelajaran yang sangat berharga bagi kita.
Ceritanya begini : Di sebuah kawasan Al-Fateh, di pinggiran kota Istanbul ada seorang yang
wara’ dan sangat sederhana, namanya Khairuddin Afandi. Setiap kali ke pasar ia tidak membeli apa-apa. Saat merasa lapar dan ingin makan atau membeli sesuatu, seperti buah, daging atau manisan, ia berkata pada dirinya: Anggap saja sudah makan yang dalam bahasa Turkinya “ Shanke Yadem” .
Nah, apa yang dia lakukan setelah itu? Uang yang seharusnya digunakan untukmembeli keperluan makanannya itu dimasukkan ke dalan kotak (tromol)…Begitulah yang dia lakukan setiap bulan dan sepanjang tahun. Ia mampumenahan dirinya untuk tidak makan dan belanja kecuali sebatas menjaga kelangsungan hidupnya saja.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun Khairuddin Afandi konsisten dengan amal dan niatnya yang kuat untuk mewujudkan impiannya membangun sebuah masjid. Tanpa terasa, akhirnya Khairuddin Afandi mampu mengumpulkan dana untuk membangun sebuah masjid kecil di daerah tempat tinggalnya. Bentuknyapun sangat sederhana, sebuah pagar persegi empat, ditandai dengan dua menara di sebelah kiri dan kanannya, sedangkan di sebelah arah kiblat ditengahnya dibuat seperti mihrab. Akhirnya, Khairuddin berhasil mewujudkan cita-citanya yang amat mulia itu dan masyarakat di sekitarnyapun keheranan, kok Khairuddin yang miskin itu di dalam dirinya tertanam sebuah cita-cita mulia, yakni membangun sebuah masjiddan berhasil dia wujudkan. Tidak bayak orang yang menyangka bahwa Khairudin ternyata orang yang sangat luar biasa dan banyak orang yang kaya yang tidak bisa berbuat kebaikan seperti Khairuddin Afandi.
Setelah masjid tersebut berdiri, masyarakat penasaran apa gerangan yang terjadi pada Akhiruddin Afandi. Mereka bertanya bagaimana ceritanya seorang yang miskin bisa membangun masjid. Setelah mereka mendengar cerita yang sangat menakjubkan itu, merekapun sepakat memberi namanya dengan: “Shanke yadem” (Angap Saja Saya Sudah makan).
Informasi di atas saya dapat di sini, sungguh luar biasa. Kita belajar banyak dari kesederhanaan, ketulusan dan keikhlasan Khairuddin. Beramal bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja tidak harus menjadi kaya dulu. Bahkan banyak orang yang diberikan kekayaan oleh Allah lantas menjadi lupa untuk beramal. Harta yang digunakan Khairuddin untuk membangun mesjid diperoleh dengan cara yang halal dan itulah salah satu penyebab orang senang datang ke mesjid yang dibangunnya walaupun mesjid tersebut sangat sederhana. Semoga di Indonesia akan banyak orang-orang seperti khairuddin yang beramal bukan karena ingin di puji orang akan tetapi semata-mata mengharapkan Ridho dari Allah SWT, amien.

Apa Ada Kentut Yang Islami?

By Indra Andarun.Sebuah seminar kaum cendekiawan Muslim sedang berlangsung, membahas Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
“Kita ini sudah waktunya meninggalkan Iptek dari Barat, karena dalam Al-Qur’an sudah lengkap dan sempurna tentang ayat-ayat Iptek,” kata seorang professor dari Gajah Mada University sembari membacakan sejumlah ayat Al-Qur’an tentang Iptek.

Para peserta sangat terkesima dengan paparan Islamisasi yang dicanangkannya, yang dianggapnya sebagai upaya menuju kebangkitan Islam pada 14 Hijriyah ini.
Di tengah-tengah kesima peserta, seorang peserta interupsi.
“Bapak ini ternyata orang munafik!!!...” katanya cukup keras.
Seluruh isi ruangan jadi gemuruh dan gaduh.
“Alasan anda mengatakan bapak professor ini munafik apa?” Tanya moderator.

“Kalau anda meminta ummat Islam meninggalkan Iptek dari Barat dan seluruh konsep Iptek yang datang dari Barat, karena yang serba Barat anda anggap ilmunya kafir, kenapa anda masih menggunakan mikrofon, listrik, otomotif dan kendaraan serta computer dari Barat?”
Suasana jadi gaduh dan gelagapan.

“Tapi kan di Al-Qur’an sudah jelas semuanya. Semuanya pun harus berdasarkan Al-Qur’an…” jawab sang professor Islamisasi tadi.
“Nah, sekarang bapak tidak hanya munafik, tapi telah dzolim…” kata sang peserta….
Suasana tambah riuh, bahkan seperti muncul sambutan tepuk tangan yang bersorak.
“Sebentar…sebentar….Maksudnya bagaimana anda ini kok menuding professor ini munafik dan dzolim…” Tanya moderator kembali.
“Bagaimana tidak munafik, wong sudah jelas minta meninggalkan Iptek Barat, malah anda memakai. Kenapa kita nggak adakan seminar ini di tengah hutan atau di tengah lapangan tanpa mikrofon, kita jalan kaki, atau pakai onta dan kuda saja.”
“Anda sebut dzolim?”

“Ya, karena pak professor tidak faham tafsir Al-Qur’an, tidak memahami kedudukan ayat suci Al-Qur’an, lalu meletakkan ayat Al-Qur’an bukan pada tempatnya. Nah, meletakkan kedudukan ayat suci bukan pada tempat pandangan, itu kan dzolim namanya…”
Lalu sang moderator menyilakan kepada professor untuk membela diri.
“Begini, pokoknya Al-Qur’an itu kebenaran mutlak…pokoknya…pokoknya…pokoknya…” kata professor itu, sembari mempertahankan “pokoknya” yang dihitung oleh peserta tadi sampai hampir 30-an kata “pokoknya…”

“Maaf professor, sekarang gelar anda bertambah. Bukan hanya munafik, dzolim, tapi juga bodoh…”
“Apa alasan anda memberi gelar bodoh pada professor itu?” Tanya moderator.

“Karena kebodohan itu selalu bersembunyi dibalik “pokoknya”. Di dalam “pokoknya” pasti ada hawa nafsu dan emosi. Dalam emosi dan hawa nafsu ada kebodohan…Nanti lama-lama Pak Professor ini membuat paradigma agar kalau kita kentut pun harus Islami. Saya nanti akan muncul pertanyaan, bagaimana bau kentut yang Islami, bunyi kentutnya bagaimana, strateginya kayak apa, dan dalilnya di surat apa..Lalu apa kita akan bikin seminar dengan judul Islamisasi kentut?. ”
Suasana jadi gerrrr. Seminar pun jadi bubar dan bubrah.

Saturday, March 9, 2013

Sebuah Nasihat

By.Abdillah Syukur

“Berbicara tentang nasihat, kulihat diriku tak pantas untuk memberikannya. Sebab, nasihat seperti zakat, nishabnya adalah kemampuan untuk memetik nasihat itu bagi dirinya sendiri. Seseorang yang belum mencapai nishab, bagaimana ia akan mengeluarkan zakat? Dan seorang yang tak memiliki cahaya, bagaimana dapat dijadikan sebagai alat penerang oleh orang lain? Bagaimana bayangan akan lurus jika kayunya bengkok?

Allah swt mewahyukan kepada ‘Isa bin Maryam AS: ‘Nasihatilah dirimu, jika kau mampu memetik nasihat, maka nasihatilah orang lain. Jika tidak, maka malulah kepada-Ku’.”

“Barangsiapa hendak mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat menempuh empat jalan berikut :
  1. Duduk dihadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai bahaya yang tersembunyi didalamnya. Kemudian ia memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah membersihkan aib itu. Ini adalah keadaan seorang murid dengan syeikhnya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara pengobatannya, tapi di zaman ini guru semacam ini langka.

  2. Mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh ( mata hati yang tajam ) dan berpegangan pada agama. Ia kemudian menjadikan temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin Dan zhohirnya, sehingga ia dapat memperingatkannya. Demikian inilah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka dan para pemimpin agama.

  3. Berusaha mengetahui aib dari ucapan musuh-musuhnya. Sebab pandangan yang penuh kebencìan akan berusaha menyingkapkan keburukan seseorang. Biasa jadi manfaat yang di peroleh seseorang dari musuh yang sangat membecinya dan suka mencari-cari kesalahannya adalah lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan aib-aibnya. Namun, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan musuhnya dan menganggap sebagai ungkapan kedengkian. Tetapi orang yang memiliki mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari berbagai keburukan dirinya yang di sebutkan oleh musuhnya.

  4. Bergaul dengan masyarakat setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, maka ia segera menuduh dirinya sendiri juga memiliki sìfat tercela itu. Kemudian ia tuntut dirinya untuk segera meninggalkannya. Sebab, seorang mu’min adalah cermin bagi mu’min lainya. Ketika melihat aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri.

Renungkanlah pendeknya umurmu. Andaikata engkau berumur 100 tahun sekalipun, maka umurmu itu pendek jika di bandingkan dengan rasa hidupmu kelak di akhirat yang abadi selama-lamanya.[]


Thursday, March 7, 2013

Arti Sebuah Lambang

By. Abdillah Syukur


MAJLIS BIMBINGAN DAKWAH


Keterangan :

Segilima            => Pondasi Agama (Rukun Islam)

Padi dan Kapas      => Perekat Ukhuwah Islamiyah

Sembilan Bintang    => Keteladanan Wali Songo dalam berdakwah

Kubah Masjid        => Basis Da'wah (Benteng Ummat)

Kitab dan Pena      => Menjunjung Tinggi konsepsi Islam 
                       (Al-Qur'an & Al-Hadits)

Logo Ikhlas Beramal => Landasan Seorang Da'i dalam Berdakwah dan  
                       Beramal

Ma'na

"Dengan Ukhuwah Islamiyah berda'wah dengan landasan Konsepsi Islam Menjunjung Tinggi Al-Qur'an dan Al-Hadits serta ikhlas dalam beramal"



Wednesday, March 6, 2013

Dahsyatnya Cinta Allah

Sahabat, mari kita bayangkan, betapa amat sangatnya Allah akan mencintai kita ketika kita mampu menjadi orang-orang tegar yang menjalani hidup, mampu mengeluarkan sisi-sisi terbaiknya walau di saat sempit, mampu tetap terbang meninggi melebihi langit di angkasa meski raga masih tertahan di bumi, mampu untuk tetap berdiri setegar karang meskipun ia seringkali dihempas ombak. Bayangkan kawan, bayangkan, betapa Allah amat sangat sangat mencintai diri kita yang seperti itu, yang mempersembahkan seluruh kekuatan ini hanya untuk-Nya dan menghabiskan seluruh perjalanan hidupnya hanya untuk ketakwaan pada-Nya.

"(Tidak), hanya kepada-Nya kamu minta tolong. Jika Dia menghendaki, Dia hilangkan apa (bahaya) yang kamu mohonkan kepada-Nya, dan kamu tinggalkan apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)." (QS. Al-An’am ayat 41)

Dan bukankah seluruh shalat kita, hidup kita, ibadah kita, dan mati kita hanya untuk-Nya?

"Katakanlah (Muhammad), 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)'." (QS. Al-An’am ayat 162-163)

Jika Allah SWT sudah mencintai kita sepenuhnya, lantas apa sih yang akan kita cari lagi?
Dunia... digenggam
Kelapangan... diraih
Keridhoan... dicapai
Kesembuhan dari penyakit... dikabulkan
Banyak teman dan dicintai banyak orang... tidak salah lagi

“Milik-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang yang rugi.” (QS. Az-Zumar ayat 63)

Maka percayalah sahabat, tiada yang lebih mulia daripada membuat Allah mencintai kita dengan mendatangkan ridho-Nya terus-menerus dalam perilaku diri kita.

Dan mari kita terus-menerus bayangkan. Ketika Allah sudah mencintai kita sedalam-dalamnya yang tiada bisa kita bayangkan, pastinya Allah akan memberi kita surga-Nya, bahkan mungkin surga Firdaus yang tiada bandingannya. Tempat di mana tak ada keletihan di sana, senda gurau yang tiada berguna, percakapan yang sia-sia, dan berbagai macam perhiasan dunia yang telah Allah berikan kepada kita saat ini.

Dan mari kita melangkah lebih jauh lagi, ketika di sana (surga) Allah menyingkap wajah-Nya yang menampakkan begitu besar keagungan-Nya dan keindahan-Nya (yang tidak mampu digambarkan bagaimana indahnya dan memang takkan pernah mampu), kita akan menjadi makhluk-Nya yang amat sangat beruntung. Betapa tidak??? Ya, karena semua yang ada di dunia ini pada hakikatnya tidak akan bisa mengalahkan keagungan zat-Nya.

“Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar ayat 67)

Dan mari kita bayangkan sekali lagi, sekali lagi, dan berkali lipat lagi, bahwa kekayaan dan kesenangan di surga (surga dengan tingkatan yang paling rendah sekalipun) takkan sanggup tersaingi dan disaingi oleh dunia yang amat pendek waktu hidupnya, yang kecil jangkauannya, dan yang sangat kerdil kenikmatannya ini.
makanan
minuman
pasangan hidup dan orang tua
harta, warisan,dan jabatan
relasi, teman, sahabat
kesehatan
dan segala macam kemakmuran hidup lainnya

Mari kita lihat, sahabat, amatlah tidak bisa disandingkan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dunia tersebut dengan kenikmatan yang ada di surga nanti. Anugerah yang akan dipersembahkan hanya untuk kita yang bertakwa di jalan-Nya.

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata,'Tuhan kami adalah Allah,' kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Ahqaf ayat 13-14)

dan juga untuk orang yang berusaha keras meraihnya

"Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertakwa,'Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?' Mereka menjawab,'Kebaikan'. Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (balasan) yang baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih baik. Dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga-surga 'Adn yang mereka masuki, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam (surga) itu mereka mendapat segala apa yang diinginkan. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), 'Salaamun'alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan'." (QS. An-Nahl ayat 30-32)

"Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, serta ampunan dan rahmat. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nisa ayat 95-96)

Maka jika Allah sudah mencintai kita sepenuhnya, apalagi yang kan kita cari? Lagi-lagi, kita tidak perlu bersusah payah menjemput dunia, tetapi dunialah yang akan menghampiri kita. Ya, karena amatlah mudah bagi Allah untuk membuat dunia tunduk kepada kita karena dunia selalu dalam genggaman-Nya dan senantiasa dalam kuasa-Nya. Allah-lah yang Mahakuasa menciptakan dan menyebabkan segala sesuatunya terjadi.

Oleh karena itu, betapa dahsyatnya kecintaan Allah kepada kita tatkala kita mempersembahkan diri kita untuk Dakwah ini di sepanjang jalan ini, berupaya dengan keras agar seluruh hamba-Nya bertakwa kepada-Nya, menjadi perantara atas masuknya hidayah Allah kepada berjuta-juta orang yang ada di dunia ini, dan menginfakkan seluruh rezeki kita di jalan-Nya, Allahuakbar!

Ya, karena manusia yang paling mulia di hadapan-Nya adalah orang yang bertakwa. Lantas, bagaimanakah orang yang bertakwa itu? Yaitu orang yang tidak hanya berjuang untuk men-takwakan dirinya (membuat dirinya bertakwa), tetapi juga membuat diri semua orang bertakwa kepada-Nya, mencintai-Nya, dan orang-orang yang tidak hanya berhenti memikirkan bagaimana ia dicintai Allah, tetapi juga ia senantiasa berpikir agar bagaimana Allah bisa meridhoi seluruh hamba-Nya yang ada di alam raya ini (membuat semuanya berislam secara keseluruhan dan akhirnya mencintai Allah sepenuhnya). Ya, memang ini amatlah berat, tetapi pasti bisa dan pasti, karena kita akan tetap dan terus bergerak, berjalan, dan berlari tiada henti hanya dengan naungan pertolongan-Nya dan kekuatan dari-Nya.

“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. Ali Imran ayat 160)

“…Padahal kekuatan itu hanyalah dari bagi Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (QS. Al-Munafiqun ayat 8)

Dia-lah yang berkuasa untuk kita semua.

Jika sudah ada Allah, mengapa harus mencari yang lainnya???
Wallahu A'lam..

Puisi Fathimah Az-zahra

Nafasku tersekat dalam tangisan
duhai, mengapa nafas tak lepas bersama jeritan,
sesudahmu tiada lagi kebaikan dalam kehidupan.
Aku menangis karena aku takut hidupku akan kepanjangan.

Kala rinduku memuncak,
Kujenguk pusaramu dengan tangisan
Aku menjerit meronta tanpa mendapatkan jawaban,


Duhai yang tinggal di bawah tumpukan debu,
Tangisan memelukku;
Kenangan padamu melupakan daku dari
Segala musibah yang lain
Jika engaku menghilang dari mataku ke dalam tanah
engkau tidak hilang dari hatiku yang pedih.

Berkurang sabarku bertambah dukaku
Setelah kehilangan Khatamu-l-Anbiya’,
Duhai mataku, cucurkan air mata sederas-derasnya,
Jangan kau tahan bahkan linangan darah. 


Ya Rasulullah, wahai kekasih Tuhan
Pelindung anak Yatim dan Dhuafa
Setelah mengucur air mata lagit
Bebukitan, hutan, dan burung
Dan seluruh bumi menangis.

Duhai junjunganku,
Untukmu menangis tiang-tiang Ka’bah,
Bukit-bukit dan lembah mekkah
Telah menangisimu mihrab
Tempat belajar Al-Qur’an di kala pagi dan senja.
Telah menangisimu islam,
Sehingga islam kini terasing di tengah manusia;
Sekiranya kau lihat mimbar yang pernah kau duduki
Akan kau lihat kegelapan setelah cahaya.

Cara Menjebak Pencuri


 Pada zaman dahulu orang berpikir dengan cara yang amat sederhana. Dan karena kesederhanaan berpikir ini seorang pencuri yang telah berhasil menggondol seratus keping lebih uang emas milik seorang saudagar kaya tidak sudi menyerah. Hakim telah berusaha keras dengan berbagai cara tetapi tidak berhasil menemukan pencurinya. Karena merasa putus asa pemilik harta itu mengumumkan kepada siapa saja yang telah mencuri harta miliknya merelakan separo dari jumlah uang emas itu menjadi milik sang pencuri bila sang pencuri bersedia mangembalikan.
Tetapi pencuri itu malah tidak berani menampakkan bayangannya. Kini kasus itu semakin ruwet tanpa penyelesaian yang jelas. Maksud baik saudagar kaya itu tidak mendapat-tanggapan yang sepantasnya dari sang pencuri. Maka tidak bisa disalahkan bila saudagar itu mengadakan sayembara yang berisi barang siapa berhasil menemukan pencuri uang emasnya, ia berhak sepenuhnya memiliki harta yang dicuri. Tidak sedikit orang yang mencoba tetapi semuanya kandas.
Sehingga pencuri itu bertambah merasa aman tentram karena ia yakin jati dirinya tak akan terjangkau. Yang lebih menjengkelkan adalah ia juga berpura-pura mengikuti sayembara. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa menghadapi orang seperti ini bagaikan menghadapi jin. Mereka tahu kita sedangkan kita tidak. Seorang penduduk berkata kepada hakim setempat.
"Mengapa tuan hakim tidak minta bantuan Abu Nawas saja?"
"Bukankah Abu Nawas sedang tidak ada di tempat?" kata hakim itu balik bertanya.
"Kemana dia?" tanya orang itu.
"Ke Damakus." jawab hakim
"Untuk keperluan apa?" orang itu ingin tahu.
"Memenuhi undangan pangeran negeri itu." kata hakim.
"Kapan ia datang?" tanya orang itu lagi.
"Mungkin dua hari lagi." jawab hakim. Kini harapan tertumpu sepenuhnya di atas pundak Abu Nawas. Pencuri yang selama ini merasa aman sekarang menjadi resah dan tertekan. Ia merencanakan meninggalkan kampung halaman dengan membawa serta uang emas yang berhasil dicuri. Tetapi ia membatalkan niat karena dengan menyingkir ke luar daerah berarti sama halnya dengan membuka topeng dirinya sendiri. Ia lalu bertekad tetap tinggal apapun yang akan terjadi.
Abu Nawas telah kembali ke Baghdad karena tugasnya telah selesai. Abu Nawas menerima tawaran mengikuti sayembara menemukan pencuri uang emas. Hati pencuri uang emas itu tambah berdebar tak karuan mendengar Abu Nawas menyiapkan siasat. Keesokan harinya semua penduduk dusun diharuskan berkumpul di depan gedung pengadilan. Abu Nawas hadir dengan membawa tongkat dalam jumlah besar. Tongkat-tongkat itu mempunyai ukuran yang sama panjang.
Tanpa berkata-kata Abu Nawas membagi-bagikan tongkat-tongkat yang dibawanya dari rumah. Setelah masing-masing mendapat satu tongkat, Abu Nawas berpidato, "Tongkat-tongkat itu telah aku mantrai. Besok pagi kalian harus menyerahkan kembaii tongkat yang telah aku bagikan. Jangan khawatir, tongkat yang dipegang oleh pencuri selama ini menyembunyikan diri akan bertambah panjang satu jari telunjuk. Sekarang pulanglah kalian."
Orang-orang yang merasa tidak mencuri tentu tidak mempunyai pikiran apa-apa. Tetapi sebaliknya, si pencuri uang emas itu merasa ketakutan. Ia tidak bisa memejamkan mata walaupun malam semakin larut. Ia terus berpikir keras. Kemudian ia memutuskan memotong tongkatnya sepanjang satu jari telunjuk dengan begitu tongkatnya akan tetap kelihatan seperti ukuran semula. Pagi hari orang mulai berkumpul di depan gedung pengadilan. Pencuri itu merasa tenang karena ia yakin tongkatnya tidak akan bisa diketahui karena ia telah memotongnya sepanjang satu jari telunjuk. Bukankah tongkat si pencuri akan bertambah panjang satu jari telunjuk? Ia memuji kecerdikan diri sendiri karena ia ternyata akan bisa mengelabui Abu Nawas.
Antrian panjang mulai terbentuk. Abu Nawas memeriksa tongkat-tongkat yang dibagikan kemarin. Pada giliran si pencuri tiba Abu Nawas segera mengetahui karena tongkat yang dibawanya bertambah pendek satu jari telunjuk. Abu Nawas tahu pencuri itu pasti melakukan pemotongan pada tongkatnya karena ia takut tongkatnya bertambah panjang.
Pencuri itu diadili dan dihukum sesuai dengan kesalahannya. Seratus keping lebih uang emas kini berpindah ke tangan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas tetap bijaksana, sebagian dari hadiah itu diserahkan kembali kepada keluarga si pencuri, sebagian lagi untuk orang-orang miskin dan sisanya untuk keluarga Abu Nawas sendiri.

:D

Teks Sholawat Khoirul Bariyah Versi Indo

 By Indra Andarun

 

خَيْرَ اْلبَرِيَّةِ نَظْرَة إِلَيَّ خَيْرَ اْلبَرِيَّةِ نَظْرَة إِلَيَّ مَاأَنْتَ إِلاَّ كَنْزُاْلعَطِيَّةِ مَاأَنْتَ إِلاَّ كَنْزُاْلعَطِيَّةِ _ khoirol bariyah nama Nabimu _ Nabi penolong sakit hatimu _ khoirol bariyah nama cintamu _ Nabi penolong kesusahanmu ... _ Allah berfirman pada dirimu _ ikuti Nabi kecintaanmu _ dari semua dosa-dosamu _ syurga menunggu rindu padamu _ jangan ikuti nafsu syetanmu _ jangan ikuti kebodohanmu _ sadarlah sadar pada Tuhanmu _ Tuhan selalu sayang padamu _ dunia ini bukan tempatmu _ dunia ini hina untukmu _ dunia ini tempatnya nafsu _ dunia ini menghinakanmu _ inilah pesan dari gurumu _ pesan bertaqwa menuntut ilmu _ carilah bekal untuk dirimu _ mati tak sesat dalam kuburmu _ kemewahannya melupakanmu _ kemewahannya menjatuhkanmu _ kemewahannya menghancurkanmu _ kemewahannya menghinakanmu.

_ istri dan anak harta untukmu _ amanat tuhan ada padamu
_ jangan kau lupa semua itu _ dari Allah-lah Tuhan yg satu
_ amal yang baik memuliakanmu _ sholat puasa dzikir untukmu
_ syurga dimata merindukanmu _ bersama Nabi kesayanganmu
_ Yaa Allah Tuhan Tolong hambamu _ hamba yang rindu atas Nabimu
_ Sembuhkan rindu,rindu hatimu _walau memandang dalam mimpiku

 

 

Teks Ya Rasulallah Ya Nabi

يارسول الله – يايانبي             لك الشفاعة وهذامطلبي

ya rosulalloh – ya ya nabi                        lakasyafa’ah wa hadzal mathlabi
أنت المرتجى يوم الزحام                إشفع لنا- لنا لنا – ياحبيبنا
لك الشفاعة – يارسول الله
Antal murtaja yaumaz ziham                            Isyfa’ lana – lana lana – ya habibana
Lakasyafa’ah – yarosulalloh

جئت للبرايا بالشرع المبين        تنشرالهداية بين العالمين
Ji’talil baroyah bisyar’il mubiin               Tansyurul hidayah bainal alamin
إشفع لنا- لنا لنا – ياحبيبنا        لك الشفاعة – يارسول الله
          Isyfa’ lana – lana lana – ya habibana                Lakasyafa’ah – yarosulalloh
By Indra Andarun As-Syerbuuniy

Tuesday, March 5, 2013

Waspadai Agenda Iblis


SEBAGAI seorang Muslim, kita memiliki musuh yang terbesar. Siapapun kita, apapun mazhab dan aliran pemikiran, kita berkongsi musuh yang sama. Musuh terbesar setiap Muslim adalah iblis.Sejak Allah SWT mengusirnya dari Syurga, iblis telah bersumpah akan terus memusuhi dan memperdaya manusia. Menarik manusia sebanyak yang boleh ke neraka adalah misi hidup iblis satu-satunya.Oleh kerana itu, Allah selalu mengingatkan kita agar berhati-hati dan menjaga diri daripada tipu daya dan bujuk rayu iblis.

Allah SWT berfirman: Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu. Sesungguhnya syaitan-syaitan itu mengajak pengikutnya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (al-Fatir: 6)

Agenda iblis Untuk menjaga diri daripada tipu daya iblis, kita mesti mengetahui strateginya dalam menyesatkan manusia. Kita mesti tahu apa sebenarnya yang menjadi agenda utama iblis pada saat ini untuk menyesatkan umat Islam.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa syirik bukan lagi agenda terbesar iblis. Setelah pengutusan Rasulullah SAW kepada umat manusia, agenda tersebut dilihat sudah tidak lagi strategik dan relevan. Iblis sedar bahawa syirik tidak akan bertahan di hadapan cahaya iman yang sangat terang.
Iblis lalu beralih ke agendanya yang lebih realistik yaitu memecahbelahkan umat Islam dan menjadikan setiap Muslim memusuhi Muslim yang lain.

Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya iblis telah berputus-asa untuk kembali disembah di Semenanjung Arab. Akan tetapi, ia terus berusaha untuk mengadu domba mereka. (riwayat Muslim).
Perpecahan
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya iblis meletakkan singgahsananya di atas lautan. Ia lalu mengutus syaitan-syaitan ke semua penjuru dunia untuk menyesatkan manusia. Mana-mana yang paling banyak membuat kerosakan, maka dialah yang paling disukai iblis.Salah satu daripada syaitan-syaitan kembali dan berkata: Hari ini aku telah melakukan ini dan itu. Iblis berkata: Engkau belum melakukan apa-apa. Lalu datang syaitan yang lain dan berkata: Aku telah berjaya memisahkan antara seorang suami dengan isterinya. Iblis memeluknya sambil berkata: Engkaulah yang terbaik. (riwayat Muslim).

Hadis ini jelas menunjukkan bahawa agenda terbesar iblis adalah memecah belah umat Islam. Perpecahan yang bersifat individual yang berlaku antara pasangan suami-isteri, mentua-menantu, abang-adik atau lain sebagainya amat dihargai iblis.Mana-mana syaitan yang berjaya mencetuskan perpecahan tersebut akan mendapat pingat penghargaan daripada iblis.

Sudah pasti tidak terbayang kegembiraan iblis apabila melihat perpecahan itu melibatkan kumpulan yang lebih besar. Apabila umat Islam saling mengkafirkan, saling memfitnah, saling berburuk sangka, enggan bertegur sapa, maka pada saat itu iblis tersenyum lebar. Misi terbesarnya terlaksana seperti mana yang ia inginkan.

Maka jalan Kita semua adalah ==>
Satukan hati
Sebagai Muslim kita mesti waspada dengan syaitan-syaitan ini. Mereka sangat pandai menipu kita untuk mewujudkan agenda iblis. Pasukan iblis bukan hanya syaitan-syaitan yang berbentuk halus, seringkali ia juga berbentuk manusia seperti kita.
Lebih penting daripada itu, berusahalah untuk menggagalkan agenda iblis ini. Yakni dengan cara merapatkan barisan dan menyatukan hati demi agama Allah. Jangan biarkan perbezaan pendapat yang berlaku dimanfaatkan oleh iblis sebagai celah yang akan meretakkan kesatuan kita.

Wallahu A'lam :D


MARS MBD oleh Laila Fariha Zein

Berpegang Teguh Al-Qur'an Sunnah
Berprinsip menjadi Khoiru Ummah
Berbekal Ilmu, Akhlaq, dan Iman
Majlis Bimbingan Dakwah tercinta

Mencari keridhloan tuhan
Menuju kehidupan kekal
Berlandasan Keikhlasan dan Ketakwaan

MBD ku tercinta
Tetaplah kau jaya
Menyebarkan fatwa
Nasihat Ulama

MBD ...
MBD ... LImujahidillah
(bay)

HYMNE MBD oleh Laila Fariha Zein

Tetaplah teguh pada Qur'an Sunnah
I'tiqad penuh menuju khoiru ummah
Majulah engkau majlis bimbingan dakwah
Mencetak insan berakhlaqul karimah

MBD fatwamu bagai pelita
Penerang hati yang gelap gulita
Bersatu kuatkan tekad dijiwa
Menjalankan perintah agama

Semerbak harumnya fatwa
Syiar yang penuh pesona
Semoga allah menjaga
Selamanya........
(bay)

Tahajjud Sebagai Bekal Dakwah

By. Abdillah Syukur

Dakwah adalah sebuah perjalanan panjang yang takkan pernah sepi dari rintangan dan cobaan. Rintangan dan cobaan dalam berjuang di jalan dakwah adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Ia pasti akan menghampiri para dai, jangan pernah berhenti, karena para nabi dan pengikutnya tak pernah berhenti ataupun melemah karena rintangan dan cobaan.

Karena itu, para dai (aktifis MBD) khususnya dituntut untuk selalu membekali diri dengan menjaga kualitas ruhiyah agar tetap tsabat dalam berdakwah. Ahmad Muarif dalam bukunyaKeajaiban Shalat Tahajud menyatakan, bila ditelusuri, salah satu faktor keberhasilan dakwah Rasulullah SAW adalah kekuatan ruhiyah yang tak pernah lepas dari keterikatan dan kedekatan kepada Allah SWT. Kedekatan dan keterikatan kepada Allah SWT secara nyata dibangun oleh Rasulullah SAW lewat ibadah, terutama ibadah spesial yang diyakini mengandung kekuatan luar biasa bagi yang melaksanakannya. Ibadah itu dikenal dengan shalat Tahajud.

Ternyata, jejak langkah Rasulullah SAW yang demikian itu tak hanya diikuti oleh para sahabat dan pengikut di masanya. Sejarah mencatat para ulama, para dai, shalafusshaleh merupakan orang-orang yang tak lepas pula dari mencontoh Rasulullah SAW dalam melaksanakan Tahajud.

Rasulullah SAW bersabda, ”Hendaklah kalian terus melakukan shalat malam (Tahajud), karena ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, juga menjadi sarana pendekatan diri kepada Rabb kalian, menghapuskan kesalahan dan mencegah dari perbuatan dosa.” (HR Tirmidzi).

Rasulullah SAW –Sang Dai Agung– tidak pernah melewatkan malam-malamnya tanpa ber-Tahajud, bahkan kaki beliau sampai bengkak-bengkak, saking lamanya beliau berdiri Tahajud. Yang pasti, Tahajud menjadi sumber energi keimanan bagi para penyeru dakwah (dai).

Selain itu, Tahajud juga dapat mendorong para dai meningkatkan produktifitas kinerja dakwah. Rasulullah SAW bersabda, ”Setan membuat ikatan pada tengkuk salah seorang di antara kalian ketika tidur dengan tiga ikatan dan setiap kali memasang ikatan dia berkata: ”Malam masih panjang, maka tidurlah”, jika orang tadi bangun lalu berdzikir kepada Allah SWT, maka terlepas satu ikatan, jika dia berwudhu, maka terlepas satu ikatan yang lainnya, dan jika dia melaksanakan shalat, maka terlepas semua ikatannya. Pada akhirnya dia akan menjadi segar dengan jiwa yang bersih, jika tidak, maka dia akan bangun dengan jiwa yang kotor yang diliputi rasa malas.” (HR Bukhari).

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengawal kemenangan dakwah, tidak ada kata lain kecuali terus bergerak dan bergerak, menyebar dan menyebar ke tengah-tengah masyarakat. Selain itu, sebagai pengokohan energi keimanan, pengokohan soliditas aktifis, menjaga produktivitas kinerja dakwah, dan mengharap pertolongan Allah SWT, maka tidak ada kata lain kecuali bangun dan bangun mendirikan shalat Tahajud dan raih hasilnya. Semoga Allah SWT kuatkan dan istiqomahkan kita semua untuk senantiasa shalat Tahajjud, Aamiin.
Wallahu a’lam.

Monday, March 4, 2013

BAHTSUL MASAIL NU MESIR Orientasi dan Pemetaan Jual Beli ala Islam

By Indra Andarun. Artikel ini adalah laporan dinamika kajian reguler Divisi Ekonomi Islam Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Mesir, Jumat (1/2). Pembahasan kali ini fokus pada tema ekonomi syari’ah dalam perspektif 4 mazhab.

Dewasa ini, geliat ekonomi syariah alias ekonomi Islam begitu kentara dalam dunia perekonomian Indonesia. Ekonomi Islam sebagai cetak biru dari sistem ekonomi yang berbasis al Quran dan hadis tidak lagi menjadi sekadar tren, tapi sudah menjadi kebutuhan. Ketika sistem ekonomi konvensional dirasa memiliki banyak kekurangan dan tidak bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang hakiki, mencuatlah ekonomi Islam sebagai sebuah solusi. Ketika dalam sistem ekonomi konvensional kian ditemukan banyak kerentanan dan kelemahan fundamental, maka makin diliriklah sistem ekonomi Islam. Bahkan, pihak Barat pun secara laun konon telah ikut mengadopsi serta mengeksplorasi beberapa instrumen sistem ekonomi Islam.

Berangkat dari fenomena itulah bahtsul masail digelar. NU Mesir tergelitik untuk turut serta mengupas tuntas sistem ekonomi Islam dari sudut pandang ulama 4 mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali), maupun dari sisi-sisi menarik lainnya. Bukan bermaksud latah, tetapi lebih kepada sebuah panggilan jiwa sebagai agent of change untuk ikut memberikan sumbangsih ilmiah kepada bangsa dan masyarakat Indonesia tercinta.

Sebagai sebuah sistem yang berasal dari eksplorasi Quran serta hadis, ekonomi Islam diyakini mampu meminimalisir perilaku rente dan spekulatif ala ekonomi konvensional. Dua contoh praktik dalam ekonomi konvensional di atas dalam Islam termasuk praktik mikroekonomi yang terlarang. Hal itu, sebagaimana yang dipaparkan oleh rekan Muhammad Anwar Fathoni dalam makalahnya yang bertajuk: Konsep Dasar Akad Jual Beli Dalam Islam. Sekadar untuk diketahui, kajian reguler divisi Ekonomi LBMNU Mesir kali ini adalah pertemuan kedua yang mulai masuk pada pembahasan akad jual beli dalam Islam secara komprehensif dari perspektif 4 mazhab.

Pada pertemuan pertama, diskusi lebih sebagai orientasi dan pembekalan menuju kajian eksklusif ekonomi Islam. Dalam kajian divisi Ekonomi kali kedua ini, Anwar memetakan akad jual beli dari perspektif 4 mazhab, dengan Syafi’iyah sebagai pijakan utama. Dalam presentasinya, Anwar mengutarakan bahwa dalam mengulas teori dasar transaksi jual beli, ia sengaja akan masuk melalui pintu syarat, rukun dan sifat-sifat sebuah akad. Sebab, menurutnya dari situ sebuah akad juga akan dengan sendirinya bisa diketahui legalitasnya.

Dalam mendefinisikan akad jual beli, pemakalah lebih suka merujuk defenisi yang ada pada buku al Qalyubi wa Umairah, yakni jual beli adalah akad tukar menukar harta benda yang konsekuensinya menjadikan pelaku transaksi memiliki benda atau manfaat harta itu selamanya. Keputusan lebih condong pada definisi dari buku Qalyubi juga sudah mempertimbangkan beragam definisi dari ulama mazhab Hanafiah, Malikiah, Hanabilah, maupun dari para ulama Syafi’iah sendiri. Menurutnya, definisi itulah yang paling komprehensif-protektif (jami’ mani’) atas akad jual beli. Mengingat banyaknya definisi dari berbagai aliran perguruan (lintas mazhab), maka sang pemakalah dalam pembahasan utamanya sengaja fokus di mazhab Syafi’i dengan tetap menyisipkan perspektif mazhab lain sebagai pembanding. Untuk referensi babon, pemakalah menggunakan buku Minhaj at-Thalibin karya Imam an Nawawi sebagai acuan utama dalam menggali teori akad jual beli ala mazhab Syafi’i.

Menyinggung tentang dasar hukum transaksi jual beli dalam Islam, rekan Anwar mengutip keterangan yang terdapat dalam kitab al -Umm, bahwa selagi saling rela dan tidak ada nas pelarangan dari (syariat) nabi Muhammad SAW, pada dasarnya hukum semua akad jual beli adalah boleh. Hal itu senada dengan ketentuan yang termaktub dalam QS an Nisa ayat 29 dan QS al Baqarah ayat 275. Memasuki pembahasan rukun, pemakalah memaparkan bahwa menurut ulama Syafi’i, rukun akad jual beli ada tiga; yaitu sighat (ijab dan kabul), ma’qud alaih (objek/komoditi) dan ‘aqidain (dua pihak yang bertransaksi). Sedangkan menurut ulama Hanafiah, rukun akad jual beli hanyalah sighat, mereka mengkategorikan ma’qudalaih dan ‘aqidain sebagai syarat. Namun, menurut al Khatib as Syarbini dalam buku Mughni al Muhtaj-nya, perbedaan mayortitas ulama Hanafi dengan perspektif Syafi’i itu hanya sebatas redaksional. Sebab, kenyataan praktik jual beli ala mazhab Hanafi pun tidak mengesahkan jual beli tanpa adanya ma’qud alaih dan ‘aqidain.

Tatkala tiga unsur rukun akad jual beli di atas telah terpenuhi semua, sebuah transaksi tidak serta merta secara syariat menjadi legal-formal. Masih terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi pula agar transaksi jual beli dapat dikategorikan sah alias sudah legal-formal menurut yurisprudensi Islam.

Pertama, syarat yang terkait sighat alias ijab dan kabul. Dalam hal ini, ulama Syafi’iah menyaratkan harus adanya ijab-kabul dari kedua pihak; pembeli dan penjual. Ijab dan kabul menjadi sentral, sebab dari rukun inilah standar kerelaan ‘aqidain didapat. Lantas, dari sini tentunya juga akan timbul pertanyaan, bagaimana dengan hukum dari jual beli mu’athah yang dalam praktiknya tidak ada ijab-kabul dari kedua pihak yang bertransaksi. Menyikapi hal ini, internal ulama Syafi’i juga saling beda pendapat mengenai keabsahan transaksi mu’athah. Ada yang berpendapat akad ini tidak sah karena sikap-perbuatan yang ada tidak bisa menunjukan kerelaan.

Ada pula jajaran petinggi Syafi’iah yang mengesahkannya, yakni al Khatib as Syarbini, al Mutawalli dan al Baghawi. Menurut mereka, transaksi jual beli mu’athah sah dalam hal-hal yang oleh ‘urf (standar keumuman) itu digolongkan praktik jual beli. Sedang menurut Ibn Suraij dan ar Rauyani, keabsahan jual beli mu’athah dibatasi hanya dalam hal-hal yang secara ‘urf itu bisa dilakukan serah terima, tanpa perlu ada pelafalan, contohnya seperti jual beli roti, susu, buah-buahan dan keperluan sehari-hari lainnya. Adapun ulama mazhab lain, seperti Hanafiah, Malikiah dan Hanabilah, memperbolehkan jual beli mu’athah secara mutlak.

Kedua, tiadanya pemisah yang panjang antara ijab dengan kabul oleh unsur-unsur luar yang membuat keduanya tidak berkaitan. Baik dengan diam yang panjang atau dengan kalimat lain yang tidak berhubungan dengan akad. Mengenai ini, ulama Hanafiah menggunakan redaksi keharusan melakukan transaski dalam satu majelis. Sementara ulama Malikiah berpendapat, adanya pemisah antara ijab dan kabul tidak akan mempengaruhi akad jual beli kecuali ketika pihak yang bertransaksi keluar dari akad.

Ketiga, esensi kabul harus selaras dengan ijab. Misalnya, ketika pihak pertama berkata, “aku jual beras ini kepadamu dengan harga seribu,” pihak kedua pun harus menjawab “aku terima ini dengan harga seribu.”

Bagian yang kedua dari syarat-syarat yang harus terpenuhi ketika melakukan transaksi jual beli adalah adanya ‘aqidain atau kedua pihak pelaku transaksi harus cakap. Dalam arti, pelaku transaksi telah balig dan cakap dalam beragama maupun mengelola harta. Oleh karena itu tidak sah jual beli yang dilakukan anak kecil, orang gila, idiot maupun orang bangkrut. Syarat-syarat tersebut diamini oleh ulama Hanabillah. Sementara ulama Hanafiah dan Malikiah tidak menetapkan adanya syarat baligh.

Lebih lanjut, ulama Hanafiah mengklasifikasi tasarufnya anak kecil yang tamyiz dan berakal dalam tiga kategori. Pembahasan selanjutnya, tentang perkara yang berpengaruh dalam unsur ‘aqidain; yaitu tidak adanya paksaan tanpa dasar (‘adam al ikrah bighairi al haq), sebab prinsip utama dalam dasar jual beli adalah kerelaan. Sebaliknya, ketika ada paksaan yang berdasar, maka transaksi jual beli tetap sah. Contoh kasus seperti tekanan dari penguasa untuk menjual rumah demi melunasi hutang yang melilit. Namun, ulama Hanafiah menyatakan jual beli semacam tadi adalah fasid sehingga pihak pemaksa boleh meneruskan atau membatalkan akad. Sedangkan pembeli dapat memiliki mabi’ (komoditi) jika pihak pemaksa meneruskan akadnya. Meski begitu, akad semacam ini dianggap transaksi yang khabits (buruk) seperti transaksi yang terkontaminasi praktik rente atau riba.

Bagian ketiga yang diuraikan pemakalah adalah syarat terkait ma’qud alaih alias komoditi yang diperjual belikan. Syarat objek komoditi yang harus suci dari najis, bukan barang yang terkena najis yang tidak mungkin disucikan, harus barang yang bermanfaat, bisa diserah terimakan, bisa dimiliki secara penuh, dan dapat diketahui oleh ‘aqidain, kesemuannya oleh rekan Anwar dijelaskan secara gamblang. Setelah memaparkan definisi, rukun dan syarat jual beli, pemakalah memasuki pembahasan karakteristik dan klasifikasi jual beli batil dan fasid. Menurut mayoritas ulama Syafi’iyah, dengan memandang terpenuhi tidaknya rukun serta syarat, akad terbagi menjadi dua, yaitu akad sahih dan tidak sahih. Sedang menurut Hanafiah, akad diklasifikasi menjadi tiga, yakni sahih, fasid dan batil. Masing-masing pembagian itu diterangkan oleh pemakalah dengan cukup terang.

Untuk mengetahui sah tidaknya transaksi jual beli, dapat dianalisa juga dari syarat-syarat yang mendampingi sebuah akad. Hal tersebut diuraikan oleh Dr. Hasan Ali as Syadzili dengan lengkap dari perspektif 4 mazhab dan dipaparkan cukup detail oleh rekan Anwar dalam presentasinya.

Proses Dialektika Nalar

Selaku moderator, penulis menyimpulkan secara singkat apa yang telah dipaparkan pemakalah sebagaimana tersaji dalam narasi di atas. Selanjutnya, moderator mempersilahkan para pegiat kajian divisi Ekonomi LBM PCINU Mesir untuk mengomentari dan mengkrtisi makalah. Dari proses dialektika yang berlangsung, hal pertama yang dikritisi oleh para aktifis LBM adalah seputar definisi. Yang paling tegas, diutarakan oleh rekan Maftuhin dan Amrullah, yakni perihal masih adanya kekurang sempurnaan dalam hal pendefinisian. Baik masih kurangnya pencantuman ragam definisi jual beli, juga perihal masih ada kekurangan dalam proses transliterasinya. Meski sepakat dengan pemakalah tentang definisi yang ada dalam Qalyubi merupakan definisi paling komprehensif-protektif, namun ketiadaan penyertaan “la ‘ala wajhi al qurbah” akan berdampak signifikan pada keabsahan akad tentang hal yang dikecualikan dari teks tersebut.

Jadi, sebagian besar audiens meminta pemakalah untuk menulisankan defenisi secara utuh. Kemudian, mengingat definisi adalah elemen terpenting untuk memasuki sebuah kajian mendalam, maka kiranya memang perlu ada pencantuman berbagai definisi untuk mencari definisi yang paling mendekati sempurna. Sebab, merujuk pada statement Dr. Fayati Muhammad, definisi yang baik, adalah definisi yang singkat, padat namun berisi. Dan ketika ragam definisi jual beli lintas mazhab telah tersaji, maka peluang untuk mendapati defenisi yang paling jami’ mani’ akan lebih mudah tercapai.

Sebagai komentator selanjutnya, saudara Amud Shofy mengusulkan adanya tarjih dari uraian apik pemakalah tentang sistem jual beli ala Islam perspektif 4 mazhab. Hal itu juga diamini oleh rekan Anam. Lebih lanjut, Anam juga menghendaki adanya fokus pembahasan agar suasana diskusi tidak terlalu melebar. Ia juga mengingatkan harus hati-hati supaya tidak terjebak pada praktik talfik yang tidak diperbolehkan. Dalam kesempatan sebelumnya, Adhi Maftuhin menuntut adanya pendefinisian harta, mengingat harta merupakan objek komoditi dalam perdagangan yang urgen dan akan selalu dibahas.

Selain itu, ia juga mengusulkan penyebutan lengkap asbabun nahyi (sebab-sebab pelarangan) dalam praktik jual beli, yang mana dalam makalah baru disebutkan satu macam, yakni terkait syarat (as syurut). Selanjutnya, Adhi Maftuhin menegaskan kalau ia sependapat ketika sang pemakalah menjadikan buku Minhaj at Thalibin karya Imam an Nawawi sebagai rujukan utama. Sebab, bisa dikatakan buku al Minhaj ini merupakan representasi sari pati mazhab Syafi’i, mengingat buku itu adalah resume dari al Muharror. Yang mana al Muharror merupakan ikhtisar atau resume dari kitab al Wajiz. Sementara al Wajiz sendiri adalah resume dari al Wasith, sedang al Wasith adalah resume dari al Basith yang merupakan ringkasan dari buku Nihayatul Mathlab. Sebagaimana kita tahu, Nihayatul Mathlab merupakan resume dari empat buku babon karya imam Syafi’i, yakni al Umm, Mukhtashor Muzani, al Imla, dan al Buwaithy.

Sebagai komentator pamungkas, rekan Muhammad Amrullah selain menyinggung tentang definisi, ia juga menganjurkan adanya sedikit bumbu histori dan teori-teori dari dasar jual beli. Merujuk pada ungkapan Dr. Djamaluddin Athiyyah, kiranya akan menarik bila mencantumkan juga contoh kasus klasik yang disikapi dengan resep modern dalam konteks kesekarangan. Selanjutnya, mengingat keniscayaan ketika berbicara sistem juga akan membincang furuk. Sementara furuk sendiri akan berubah sesuai tuntutan ruang, zaman dan waktu, maka Amrullah memandang lebih bagus fokus pembahasan pada dasar-dasar ekonomi serta kembali pada kaidah fiqhiah yang berhubungan dengan muamalah secara umum dan transaksi jual beli secara khusus. Semisal seperti kaidah: “al ashlu fi al mu’âmalât al ibâhah (al hillu),” “al ibrab fî al ‘uqûd al maqâshid wa al ma’ânî lâ al alfâdh wa al mabânî”; “al ba’i’ bi al tarâdlîy” dll.

Kenapa mesti demikian? Sebab secara umum muamalat telah diatur oleh kaidah-kaidah fikih yang digali dari sumber syariat. Entah itu yang pengaturannya bersifat umum maupun inheren dengan praktik muamalat. Kaidah-kaidah yang berhubungan inheren dengan mu’amalah secara komprehensif bisa dirujuk langsung semisal dalam: Jamharatul Qawâ’id al fiqhiyyah fî al Mu’âmalât al Mâliyyah karya Dr. Ali Ahmad al Nadwi, al Qowâ’id al Ushûliyyah ‘inda Ibnu Taimiyah wa Tathbiqâtihâ fî al Mu’âmalât al Taqlidiyyah wa al Mu’âshirah karya Muhammad bin Abdullah al-Haj al-Hasyimi dan al Qowâ’id al Hâkimah li Fiqh al Mu’âmalât karya Dr. Yusuf al Qaradlawi.

Wirid Lawan Wirid

By Indra Andarun.Pagi itu Dahlan Pekalongan hendak pergi ke Solo. Ia naik bus jurusan Pekalongan-Solo. Setelah bus berjalan sampai di Batang, ia baru ingat lupa tak membawa uang. Kondektur pun mulai berjalan ke belakang untuk menarik bayaran.
Dahlan ingat keterangan dari kiainya, untuk baca wirid ini biar selamat dalam keadaan genting. Ia juga pernah mempraktekkannya pada seseorang dan berhasil.
Kemudian mulutnya komat-kamit membaca wirid yang diajarkan kiainya. Kondektur semakin mendekat. Tetapi ketika di hadapannya kondektur justru meminta bayaran yang ada di sebelahnya dan seterusnya.
“Wah, wiridannya berhasil,” pikir Dahlan dalam hati.
“Turun di mana, Mas. Uangnya?” tanya kondektur tiba-tiba dari belakang.
“Lho, Mas?” Dahlan heran.
“Saya juga membaca wirid yang sama dengan Mas. Bahkan lebih ampuh. Ayo, mana uangnya?” tandas kondektur.
“Wah, mati aku!”.
By Indra Andarun

Apa Bedanya Korma dan Komar?

By Indra Andarun.Dini hari, ketika nyenyak tidur, ponsel berdering nyaring. Ketika saya lihat, muncul nama Kang Rahmat, putra Ajengan Syatibi, guru saya di pesantren. Beberapa saat, saya tak berani mengangkatnya. Di sisi lain, muncul tanya, ada apa gerangan?

Antara aneh dan penasaran, saya angkat telepon itu dengan sedikit gemetar karena jarang sekali kontak-kontakan dengannya.

Assalamu ‘alaikum, bagaimana kabarnya?” tanya saya dengan merendahkan suara dan membuang kesan ngantuk.

Tapi dia tak menjawab salam dan kabar saya. Malah tanya balik.

“Apa bedanya korma dan Komar?”

Jantung saya hampir copot saat mendengar pertanyaan yang tak terduga tersebut. Seketika kantuk saya raib. Seumpama diguyur es. Seketika itu pula saya memeras otak untuk menjawabnya.

“Wah, tak tahu, Kang.”

“Serius tak tahu?”

“Iya.”

“Korma itu bijinya satu. Kalau Komar bijinya dua.”

“Tut..tut..tut..” suara telepon ditutup di seberang.

Ketika Banser Nyanyi Tujuhbelasan

By Indra Andarun.Seorang anggota Banser dipanggil oleh komandannya dan diperintahkan menyanyikan lagu nasional. Kang Banser maju dengan PD. Ia diam sejenak, mengingat-ingat lagu nasional yang dihapalnya.
Dipilihlah lagu berjudul “17 Agustus”. Dengan suara agak terputus-putus, karena grogi dan tak hafal, Kang Banser bernyanyi:
“Enam Belas Agustus tahun empat lima,"
"Besoknya hari kemerdekaan kita ….”

Spontan sang Komandan berteriak Stop!

Sang Komandan merasa ada yang janggal dengan lagu tersebut, kemudian mencoba menghingat-ingat sesuatu. Setelah itu ia tertawa terbahak-bahak.
“Oke! Oke! Tapi cukup! Silakan duduk lagi, Kang” perintah sang komandan.
Lagu itu tampaknya dimodifikasi oleh sang Banser secara mendadak karena ia grogi. Meskipun lirik lagunya menjadi berantakan, tetapi secara matematika tetap lumayan karena 16 + 1 = 17

Madu Dan Racun

Bukan al-Ngatawi namanya, bila tidak ceplas-ceplos dan mengundang senyum saat berbicara di depan umum.

Dalam acara tasyakuran panen perdana Asosiasi tani Nusantara (Astanu) di gedung JHK Kudus (15/2) lalu, al-Ngatawi menyentil bila ada yang bilang industri tehnologi mensejahterakan petani itu adalah racun karena sebagai pernyataan omong kosong.

“Ibu-ibu tahu ya, racun itu lawannya madu. Kalau madu menyehatkan, sedangkan racun mematikan. Betul gak bu?” tanyanya.

“Betul..!” jawab ibu serentak.

“Nah sekarang. Ketika ibu-ibu ditanya, pilih mana antara dimadu atau diracun?” tanya al-Ngatawi lagi sambil tersenyum. Ibu-ibu pun kelihatan pada diam berpikir  tidak menjawabi.

Tanpa menunggu jawaban dari jamaah Zastraw al-Ngatawi menimpali, “Mestinya ibu-ibu jawabnya, saya siap dimadu asalkan bapak siap diracun.”

Mendengar jawaban itu, jamaah terutama ibu-ibu spontan menyahut dengan,“gerrr”.

Kisah Ayah Imam Syafii Mencari Rizki yang Halal

Seorang pemuda bernama Idris berjalan menyusuri sungai. Tiba-tiba ia melihat buah delima yang hanyut terbawa air. Ia ambil buah itu dan tanpa pikir panjang langsung memakannya.

Ketika Idris sudah menghabiskan setengah buah delima itu, baru terpikir olehnya, apakah yang dimakannya itu halal? Buah delima yang dimakan itu bukan miliknya.

Idris berhenti makan. Ia kemudian berjalan ke arah yang berlawanan dengan aliran sungai, mencari dimana ada pohon delima. Sampailah ia di bawah pohon delima yang lebat buahnya, persis di pinggir sungai. Dia yakin, buah yang dimakannya jatuh dari pohon ini.

Idris lantas mencari tahu siapa pemilik pohon delima itu, dan bertemulah dia dengan sang pemilik, seorang lelaki setengah baya.

“Saya telah memakan buah delima anda. Apakah ini halal buat saya? Apakah anda mengihlaskannya?” kata Idris.

Orang tua itu, terdiam sebentar, lalu menatap tajam. “Tidak bisa semudah itu. Kamu harus bekerja menjaga dan membersihkan kebun saya selama sebulan tanpa gaji,” katanya kepada Idris.

Demi memelihara perutnya dari makanan yang tidak halal, Idris pun langsung menyanggupinya.

Sebulan berlalu begitu saja. Idris kemudian menemui pemilik kebun.

“Tuan, saya sudah menjaga dan membersihkan kebun anda selama sebulan. Apakah tuan sudah menghalalkan delima yang sudah saya makan?”

“Tidak bisa, ada satu syarat lagi. Kamu harus menikahi putri saya; Seorang gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh.”

Idris terdiam. Tapi dia harus memenuhi persyaratan itu.

Idris pun dinikahkan dengan gadis yang disebutkan. Pemilik menikahkan sendiri anak gadisnya dengan disaksikan beberapa orang, tanpa perantara penghulu.

Setelah akad nikah berlangsung, tuan pemilik kebun memerintahkan Idris menemui putrinya di kamarnya. Ternyata, bukan gadis buta, tulis, bisu dan lumpuh yang ditemui, namun seorang gadis cantik yang nyaris sempurna. Namanya Ruqoyyah.

Sang pemilik kebun tidak rela melepas Idris begitu saja; Seorang pemuda yang jujur dan menjaga diri dari makanan yang tidak halal. Ia ambil Idris sebagai menantu, yang kelak memberinya cucu bernama Syafi’i, seorang ulama besar, guru dan panutan bagi jutaan kaum muslimin di dunia.Indra Andarun

Dua Rakaat Sebelum Subuh Mengalahkan Dunia Seisinya

Dua rakaat sebelum shalat subuh sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Nilai dua rakaat (sebelum subuh) ini, sebagaimana pesan Rasulullah saw lebih baik dari pada jagad seisinya.
ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها
Dua rakaat shalat fajar lebih baik dari dunia seisinya.
Banyak sekali istilah yang digunakan untuk menunjukan dua rakaat sebelum shubuh. Dari redaksi hadits tersebut sebagian ulama mengatakannya shalat sunnah fajar. Adapula yang menamainya sebagai shalat sunnah subuh karena dilakukan sesebelum shalat subun. Ada pula yang mengatakan shalat sunnah barad mungkin karena dilaksanakan ketika hari masih dingin. Ada pula yang menamakan shalat sunnah ghadat yaitu shalat sunnah yang dilakukan pagi-pagi sekali.
Oleh karena itu dalam Nihayatuz Zain, Syaikh Nawawi memperbolehkan niat shalat dua rakaat subuh ini dengan berbagai macam istilah tersebut. Misalkan ushalli sunnatal fajri rok’ataini ada’an lillahi ta’ala. Atau boleh juga ushalli sunnatal barodi rok’ataini ada’an lillahi ta’ala  sunnatas  subhi, dan seterusnya. Atau boleh juga yang lebih lengkap adalah
اُصَلِّيْ سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى
Usholli sunnatas shubhi rok'ataini mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta'aala.                                                  
Di samping itu yang harus diperhatikan adalah anjuran untuk tidak berlama-lama dalam shalat, mengingat predikat shalat ini adalah shalat sunnah. Walaupun nilainya lebih berharga daripada dunia seisinya.
Selain itu alasan kebergegasan dua rakaat ini adalah mengikuti Rasulullah saw (liitba’I sunnatir rasul) yang cukup membaca surat al-Kafirun dalam rakaat pertama (setelah al-fatihah) dan al-Ikhlash (setelah al-fatihah)pada rakaat kedua. Atau membaca Alam Nasyrakh (surat al-Insyirakh) pada rakaat pertama dan Alam Taro (Surah al-Fiil) pada rakaat ke dua.
Secara praktis, tersebut pula dalam Nihayatuz zain  anjuran untuk membaca wirid khusus setelah dua rakaat sambil menunggu shalat subuh. Bacaan itu adalah (1) Ya Hayyu Ya Qayyum La Ilaha Illa anta, 40 kali. (2) Surat Al-Ikhlas, 11 kali (3) Surat Al-Falaq, 1 kali (4) Surat An-Nas, 1 kali dan (5) Subhanallah wa Bihamdihi, Subhanallahil Adhim, Asytaghfirullah, 100 kali.  
 Demikianlah keterangan dua rakaat sebelum shalat subuh yang menurut sebagian ulama dikategorikan sebagai rawatib (sebagaimana shalat qabliyah lainnya) yang dilaksanakan sebelum shalat subuh.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...